Monday, July 5, 2010

Kisah Nabi Idris AS

Nabi Idris adalah orang yang mula-mula pandai dalam membaca dan tulis menulis dengan kalam. Dan kepada beliau Allah menurunkan 30 shahifah (lembaran kitab) yang berisi petunjuk dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya keturunan Qobil yang durhaka kepada Allah itu. Nabi Idris adalah seorang nabi yang banyak menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan, seperti yang telah dipelajari orang zaman sekarang, bahkan Nabi Idris lebih pandai dari itu. Semua itu karena Allah yang mengajarkan semua kepandaian itu pada Nabi Idris. Nabi Idris orang yang mula-mula pandai merancak kuda, ilmu bintang, berhitung dan memerangi orang yang durhaka kepada petunjuk Allah. Jadi asal mula ilmu pengetahuan di dunia ini bukanlah berasal dari orang barat, melainkan dari orang islam. Demikian juga beliau dinamakan Idris, yang berasal dari kata “darasa” yang artinya belajar. Beliau banyak mempelajari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Adam dan Nabi Syist. Beliau juga orang yang mula-mula pandai memotong pakaian dan menjahitnya, sedangkan sebelumnya manusia berpakaian dari kulit binatang. Meskipun beliau disibukkan oleh kepentingan duniawi sehari-hari, tetapi beliau selalu berdzikir kepada Allah SWT di setiap hembusan nafasnya. Oleh karena itu, Allah menganugerahi beliau kekuatan yang hebat dan tabiat yang gagah berani, sehingga diberi gelar “Asadul Usud“, yang artinya “Singa diatas segala singa“. Karena itulah beliau dapat memerangi orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Allah memberikan derajat dan martabat yang tinggi, karena beliaulah satu-satunya orang yang sabar dan bertaqwa kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah QS. Maryam ayat 56-57, yang artinya : “Terangkanlah (hai Muhammad) kepada mereka tentang kisah Idris di dalam Al-qur’an. Sesungguhnya ia adalah benar-benar seorang Nabi dan kami telah mengangkat ke martabat yang lebih tinggi“.
Pada zaman Nabi Idris budi pekerti dan tabiat manusia masih sangat rendah, kesenangan melakukan perbuatan yang tidak senonoh, dholim, baik kepada keluarga maupun terhadap masyarakat. Kehidupan masyarakat ketika itu selalu resah, tidak tenang, selalu bermusuhan dan senang berbuat kerusakan. Karena itulah Allah mengutus Nabi Idris sebagai Nabi dan Rasul auntuk membimbing umat manusia pada waktu itu dengan sebaik-baiknya, melalui wahyu yang diberikan Allah kepadanya.
Amalan Nabi Idris yang begitu hebat menarik perhatian malaikat Izrail (malaikat pencabut nyawa). Maka Malaikat Izrail meminta pada Allah agar diperkenankan mengunjungi Nabi Idris di dunia. Allah mengabulkan permintaan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan dan bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabiyulloh”, Salam Malaikat Izrail.
“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”, Jawab Nabi Idris.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris mengkhususkan waktunya menghadap Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan tamunya itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. “Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”, pinta Malaikat Izrail menguji Nabi Idris.
Subhanallah“,  kata Nabi Idris.
“Kenapa?”, Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita”, ungkap Nabi Idris. Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu.
“Siapakah engkau sebenarnya?”, tanya Nabi Idris.
“Aku Malaikat Izrail”, jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?”, selidik Nabi Idris serius.
“Tidak”, senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu”, jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”, pinta Nabi Idris.
“Apa itu? katakanlah!”, jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepadaNya dan meningkatkan amal ibadahku”, Pinta Nabi Idris.
“Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris. Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris, sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, ia memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah, Nabi Idris hidup kembali.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?”, Tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”, jawab Nabi Idris.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”, kata Malaikat Izrail.
Masyaallah, lemah-lembutnya Malaikat Izrail itu terhadap Nabi Idris.
Bagaimanakah jika sakaratul maut itu datang kepada kita, siapkah kita untuk menghadapinya? Mulai sekarang marilah kita persiapkan bekal terbaik kita untuk menghadapNya, karna kita tak tau kapan Malaikat Izrail mencabut nyawa kita. Smoga kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan khusnul khotimah..amin.

0 comments: