Kapal Nabi Nuh
8:38 PM
By
Ahmad Iskandaraniy
Kisah Nabi / Rasul
0
comments
Seperti Nabi Adam dan Nabi Idris, Nabi Nuh juga diutus oleh Allah SWT untuk menyeru kepada umat manusia agar menyembah Allah. Perintah untuk beriman pada Allah ini terdapat dalam QS. Nuh ayat 1-3, yang artinya : “Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya : Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya adzab yang pedih. Nuh berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya saya adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu. Yaitu hendaklah kamu sekalian menyembah kepada Allah dan takutlah kepadaNya“. Namun seperti umat-umat sebelumnya, umat Nabi Nuh menolak ajakan untuk menyembah Allah padahal Nabi Nuh sudah menakut-nakuti akan datang adzab Allah yang sangat pedih jika mereka tak mau menyembah Allah. Namun, mereka malah menantang Nabi Nuh dengan menyuruh mendatangkan adzab Allah itu, jka Nabi Nuh memang orang yang benar. Seruan beliau terdapat dalam QS. Nuh ayat 10-11, yang artinya : “Maka saya katakan kepada mereka. Mohonlah ampun kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat“.
Sebelum Allah menurunkan hujan lebat, Allah mengutus seorang malaikat untuk menyuruh Nabi Nuh agar membuat perahu serta mengajarkan bagaimana cara membuat perahu tersebut. Perintah ini dijelaskan dalam QS. Hud ayat 27, yang artinya : “Dan buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, janganlah bicarakan denganKu tentang orang-orang dholim itu, sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan“.
Dengan adanya perintah Allah tersebut, kemudian Nabi Nuh melaksanakannya. Keterangan lebih lengkap dijelaskan dalam QS. Hud ayat 28-29, yang artinya : “Dan mulailah Nuh membuat kapal dan setiap kali pemimpin kaumnya datang melewati Nuh dan mereka mengejeknya. Maka berkatalah Nuh : Jika kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kamipun mengejekmu sebagaimana kalian mengejek kami. Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang ditimpa adzab, yaitu yang menghinakan dan akan ditimpa adzab yang kekal“.
Setelah Nabi Nuh selesai membuat kapal, maka adzab Allah pun tiba. Hujan turun dengan sangat lebat tak henti-henti selama berhari-hari disertai angin badai yang sangat kencang, sehingga menyebabkan daratan berubah menjadi samudra yang sangat luas. Adzab Allah benar-benar terjadi. Nabi Nuh beserta orang-orang yang beriman semuanya naik ke kapal dan berlayar diatas gelombang yang sangat dahsyat. Namun, orang-orang kafir berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke puncak gunung dan akhirnya mereka tergulung juga karena air banjir menyerang mereka sampai ke puncak gunung tertinggi dengan aliran arus yang besar. Tiba-tiba Nabi Nuh melihat putranya yang hampir tenggelam lalu Nabi Nuh meminta putranya untuk ikut naik ke atas kapal. Hal ini dijelaskan dalam QS. Hud ayat 42, yang artinya : “Hai anakku!. Naiklah ke sini bersama kami, dan janganlah kamu menjadi bersama mereka yang kufur kepada Allah“. Kemudian putra Nabi Nuh menjawab ajakan Ayahnya, seperti yang dijelaskan dalam QS. Hud ayat 43, yang artinya : “Jawab anaknya : Saya akan pergi keatas gunung yang akan menyelamatkan saya dari air ini. Nabi Nuh menjawab : Tiada seorangpun yang dapat selamat dari siksa Allah pada hari ini, kecuali orang yang dikasihiNya. kemudian keduanya dipisahkan oleh gelombang, hingga putra Nabi Nuh termasuk orang yang tenggelam“.
Begitulah adzab Allah yang diturunkan kepada hambaNya yang durhaka dan tak mau menyembahNya. Allah Maha Adil, karena Allah tak pandang bulu apakah itu anak Nabi atau Rasul, jika memang ingkar kepadaNya maka tak seorangpun yang dapat menyelamatkannya dari adzab Allah. Na’udzubillah..
Dan berdasarkan QS Hud ayat 44 dan 48 dijelaskan bahwasanya atas perintah Allah hujan pun reda dan air menjadi surut. Dan kapal Nabi Nuh kandas diatas bukit yang bernama ” BukitJudi“. Nabi Nuh dan para pengikutnya yang beriman akhirnya turun dari kapal dengan selamat.
Dari kisah tersebut memberikan peringatan buat kita semua agar lebih berhati-hati menjalankan roda kehidupan di muka bumi agar jangan sampai sedikitpun kufur kepadaNya karena siksa Allah “Maha Dahsyat”.
0 comments: