Monday, July 5, 2010

Kisah Nabi Ibrahim AS

Masyarakat dan lingkungan tempat Nabi Ibrahim ketika dilahirkan sering berbuat kekufuran dan kemusyrikan. Salah satu kekufuran dan kemusyrikan yang dilakukan adalah menyembah patung-patung berhala. Patung-patung berhala tersebut saat itu merupakan sesembahan kafir quraisy.  Nabi Ibrahim sendiri dibesarkan dan diasuh oleh ayahnya yang bernama Azar,  yang berprofesi sebagai pembuat patung berhala yang cukup ternama di masyarakatnya pada saat itu. Meskipun dilahirkan di lingkungan seperti itu, Nabi Ibrahim AS tetap terpelihara dari perbuatan tercela.  Allah menghendaki agar Nabi Ibrahim AS menjadi seorang Rasul bagi umatnya. Rasul yang akan menyampaikan risalah tauhid kepada umatnya yang buta dalam soal ketuhanan.
Raja yang berkuasa saat Nabi Ibrahim dilahirkan, bernama Raja Namrud. Raja Namrud bersikap sangat kejam dan semena-mena. Kekejaman Raja Namrud itu tercermin dari peraturan yang ia tetapkan kepada masyarakatnya. Peraturan itu menyatakan bahwa apabila ada anak laki-laki yang baru lahir harus dibunuh.
Peraturan yang kejam dan sewenang-wenang  ditetapkan setelah Raja namrud bermimpi bahwa kerajaan dan kekuasaannya akan dihancurkan oleh seorang bayi laki-laki yang baru saja lahir. Karena ia takut kalau mimpi itu menjadi kenyataan maka ditetapkanlah peraturan yang kejam itu.
Nabi Ibrahim AS lahir dalam situasi seperti itu. Beliau dapat selamat karena memang kehendak dan lindungan Allah. Ketika baru lahir, Nabi Ibrahim AS dibuang ke dalam gua di hutan oleh ayahnya dengan maksud menghindari petugas kerajaan. Ayah Ibrahim yang penyembah berhala itu tidak sampai hati untuk membunuhnya. Banyak orang menyangka bahwa Ibrahim sudah mati di dalam gua di hutan itu. Adanya IRHASH Allah, yaitu sesuatu keganjilan luar biasa yang terdapat pada diri Rasul semasa kecilnya dengan izin Allah, berupa jika Ibrahim menghisap jarinya maka keluarlah madu yang manis sehingga tidak lagi Ibrahim merasa lapar dan dahaga. Alhamdulillah Nabi Ibrahim masih sehat dan akhirnya ia dapat hidup sampai dewasa.
Meskipun Ibrahim dilahirkan oleh keluarga penyembah berhala, ia hanya meyakini bahwa tak mungkin berhala itu yang berhak dissembah. Ada yang lebih berhak disembah yaitu  Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT. Hanya saat itu Ibrahim belum memahaminya dengan sepenuh hati. Karena itulah Ibrahim banyak melakukan perenungan memikirkan tentang Allah SWT.
Nabi Ibrahim mencari TuhanNya dengan banyak melakukan pengamatan dan perenungan atas kejadian di alam sekitarnya. Ia sering melakukan perenungannya dengan berkhalwat, menyepi dan merenungkan keberadaan Allah SWT di tempat yang tenang.
Suatu saat Ibrahim memandang langit malam. Ia melihat bintang yang bersinar amat indahnya. “Apakah bintang ini Tuhanku?”, tanya Ibrahim dalam hatinya. Akan tetapi, setelah dia melihat bintang itu terbenam, Ibrahim menolak untuk bertuhan kepada yang terbenam.
Kemudian pada saat yang lain, Nabi Ibrahim melihat bulan yang bulat bersinar terang benderang dilangit malam. “Apakah bulan ini Tuhanku”, tanya Ibrahim sekali lagi. Namun, bulan yang bersinar terang indah itu akhirnya meredup dan menghilang dari langit. Sekali lagi Ibrahim menolak untuk bertuhan kepada yang meredup dan menghilang.
Pada saat yang lainnya lagi, Nabi Ibrahim AS melihat matahari. “Inilah pasti Tuhanku karena dapat menyinari ke seluruh dunia dan ini yang paling besar”, demikian pikir Ibrahim saat itu. Namun, matahari pun terbenam di ufuk barat. “Aku tidak mau bertuhan kepada yang terbenam”, demikian pikir Ibrahim. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-An’am ayat 76-79.
Akhirnya, Ibrahim berkesimpulan bahwa ia hanya bertuhan kepada Allah SWT Yang Maha Pencipta. Allah-lah yang menciptakan langit, bintang, bulan, matahari, bumi dan alam semesta beserta isinya. Atas dasar kesimpulannya itu, Ibrahim selalu mengajak ayahnya untuk menyembah Allah SWT dan agar berhenti membuat patung. Namun ayahnya tetap bersikap keras. Tetap saja ia membuat patung-patung berhala untuk dijadikan sesembahan masyarakatnya.
Pada waktu itu, nabi Ibrahim berfikir bagaimana cara memusnahkan patung-patung berhala itu. Akhirnya, tersirat suatu rencana di benak Ibrahim suatu cara untuk memusnahkan patung berhala itu.
Ketika raja dan pasukannya tidak ada dalam tempat ibadah mereka itu, Nabi Ibrahim masuk ke dalam tempat ibadah tersebut. Ruangan ibadah itu penuh patung-patung berhala. Satu per satu Nabi Ibrahim menghancurkan semua patung berhala yang menjadi sesembahan masyarakat. Akan tetapi, ketika hampir semua patung berhala itu dihancurkan, dengan sangat cerdiknya Nabi Ibrahim menyisakan satu patung berhala paling besar. Kapak miliknya yang digunakan untuk menghancurkan patung berhala disandangkan pada bahu patung berhala yang paling besar itu. Dengan demikian, seakan-akan patung berhala paling besar itulah yang menghancurkan patung-patung berhala lainnya.
Melihat tuhan-tuhan berhalanya hancur berantakan, Raja Namrud yang baru pulang dari perjalanannya menjadi amat marah. Akhirnya, atas desakan para warga dipanggillah pemuda yang bernama Ibrahim untuk ditanyai tentang siapa yang telah menghancurkan tuhan-tuhan pujaan mereka itu, karena Ibrahim lah yang selama ini selalu mencari-cari tuhan mereka. Ketika ditanya seperti itu, Ibrahim dengan cerdiknya menjawab “Tanyakan saja pada berhala yang paling besar, barangkali dia yang menghancurkan patung-patung yang kecil”. Mendengar jawaban Ibrahim, Raja Namrud terdiam sambil memendam amarahnya. Bagaimana mungkin patung bisa berbicara. Jadi tak mungkin bagi dirinya menanyakannya kepada patung itu.
Sebenarnya Raja Namrud tak bisa menghukum Ibrahim karena kecerdikannya itu. Namun, kebanyakan dari warga Raja Namrud yang telah lupa kepada Allah SWT mendesak agar Ibrahim dihukum mati. Merka yang marah mengusulkan agar hukuman mati itu dilakukan dengan cara membakar Nabi brahim hidup-hidup.
Akhirnya Raja Namrud memutuskan bahwa Nabi Ibrahim dihukum mati dengan cara membakarnya. dengan senang hati, orang-orang kafir giat bekerja sama mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Ibrahim. Setelah kayu terkumpul dan tertumpuk-tumpuk, kemudian api dinyalakan sampai menyala besar dan berkobar. Dalam keadaan itu, mereka kebingungan bagaimana cara memasukkan Ibrahim ke dalam api yang berkobar sangat ganas itu. Maka dengan bisikan setan, dapatlah mereka memasukkan Ibrahim ke dalam api dari jarak jauh dengan cara meletakkan Ibrahim di suatu tempat yang bisa dilentingkan. Lentingan mereka menyebabkan Ibrahim tepat jatuh dikobaran api. Mereka merasa lega dan puas melihat kejadian itu, dengan sorak sorai mereka menyaksikan dari jauh peristiwa sadis itu.
Hukuman itu pun akhirnya dilaksanakan. Namun, Raja Namrud dan warganaya histeris tercengang karena sewaktu api sudah padam nampak oleh mereka tumpukan abu dan arang bergerak-gerak, ternyata Ibrahim yang keluar dengan selamat. Nabi Ibrahim tak terbakar oleh api yang telah dinyalakan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-Anbiya’ ayat 69 yang artinya, “Kami (Allah) berkata : Hai api hendaklah dingin dan selamatkan atas Ibrahim“.
Subhanallah, smoga kita semua bisa mencontoh kesabaran dan keteladanan beliau dalam memperjuangkan agama Allah Azza Wa Jalla.

0 comments: